Gedung SMPN 49 Dibangun Total, Pengolahan Sampah Siap Jalan Terus
Surabaya- Debu,
gersang dan deru mesin kontraktor mewarnai pembinaan lingkungan hidup
Surabaya Eco School di SMP Negeri 49, Kamis (6/10). Keadaan tersebut
yang menjadi tantangan bagi Aria Damar, guru pembina lingkungan yang
menuturkan kepada Tunas Hijau bahwa sekolah pesimis untuk mengikuti program yang digagas oleh pemerintah kota Surabaya bersama Tunas Hijau ini.
“Saya
nggak yakin, Mas, kalau sekolah saya (SMPN 49) bisa mengikuti program
lingkungan hidup Surabaya Eco School ini dengan baik. Mengingat sekolah
saya sedang mengalami pembangunan total dimana gedung lama dirobohkan
diganti dengan gedung baru,” ujar Aria Damar, guru pelajaran geografi
ini.
Melihat rasa pesimistis yang ditunjukkan
guru pembinanya, Shafira Salsabila bersama kader lingkungan yang lain
tidak langsung patah arang. Dengan modal semangat yang tinggi, Shafira
Salsabila bersama 20 siswa kader lingkungan berusaha meyakinkan guru
pendamping mereka untuk tetap mengikuti program tersebut.
“Pak,
bila kita sudah menyerah sebelum bertanding, terus kapan sekolah kita
bisa dikenal oleh banyak orang, Pak?” ujar Shafira, siswa kelas 8G ini.
Hal yang sama dilontarkan oleh pegiat Tunas Hijau Lubis Wira kepada Aria
Damar agar menjaga semangat dari kader lingkungan. “Dalam program ini
meskipun sekolah sedang dalam proses pembangunan, tetapi tetap saja kami
tidak akan menilai secara fisik. Namun perubahan kebiasaan siswa yang
akan kami nilai,” kata Wira.
Proses pembangunan gedung yang memakan
banyak tempat termasuk ruang kelas ini, bukan menjadi kendala bagi 20
siswa kader lingkungan untuk melakukan kegiatan. Dengan bermodal
komposter takakura yang mereka dapatkan dari pemberian pogram Surabaya
Eco School melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan ini, mereka langsung
memanfaatkannya untuk mengolah sampah organik yang ada di kantin.
Sosialisasi kepada petugas kantin
menjadi agenda kegiatan mereka siang itu. “Sebelum melakukan sosialiasi
kalian harus memahami dan tahu dulu cara kerja komposter takakura ini,”
tutur Anggriyan Permana, pegiat Tunas Hijau lainnya. Tidak membutuhkan
waktu lama, Nola Afriska Lubis dan kader lingkungan yang lainnya segera
menyosialisasikan kotak komposter ini kepada petugas kantin sekolah.
“Pak,
kami kader lingkungan SMP Negeri 49 Surabaya ingin memberikan komposter
ini kepada kantin agar bapak bisa mengolah sampah sisa makanan untuk
diolah menjadi kompos dengan dimasukkan ke dalam kotak ini. Prosesnya
sama seperti kalau kucing sedang buang hajat,” kata Nola Afriska, siswa
8D SMPN 49.
Sambutann positif pun diberikan
Sarmadji, penjual kantin yang mendukung upaya siswa dalam merubah
lingkungan sekolah. ”Ya, saya akan jaga dan rawat kotak ini, karena saya
juga sudah pernah merawat kotak komposter ini di rumah, karena saya
dulunya fasilitator lingkungan di kampong,” jelas Sarmadji, pria berusia
40 tahun ini.
Tidak hanya pengolahan sampah organik
menggunakan komposter takakura saja yang akan dilaksanakan oleh kader
lingkungan SMPN 49. Program lingkungan seperti pemilahan sampah dan
pengurangan sampah plastik di sekolah melalui kantin sekolah juga
menjadi program lingkungan yang direncanakan akan dilaksanakan oleh SMPN
49.
Surabaya Eco School 2011 adalah program
lingkungan hidup berkelanjutan untuk sekolah-sekolah di Surabaya.
Program yang memadukan kompetisi, pembinaan dan pemantauan ini
diselenggarakan oleh pemerintah kota Surabaya dan Tunas Hijau. Surabaya
Eco School didukung oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, PDAM
Surabaya, ASUS, PT. Dharma Lautan Utama dan Perum Jasa Tirta I. (ryan)
by: http://surabayaecoschool.tunashijau.org/2011/10/gedung-smpn-49-dibangun-total-pengolahan-sampah-siap-jalan-terus/